Minggu, 12 Agustus 2012

Mengendalikan Berkat

if you wanna be somebody go to the unversity, if you wanna be yourself go to universe

Kata-kata tersebut aku dapatkan dari seorang perempuan (dokter) yang mendedikasikan hidupnya kepada keluarga tak mampu terutama anak-anaknya (pemulung) di wilayah Bekasi dan itu merupakan nazarnya karena putra putrinya mendapatkan beasiswa bersekolah di Luar Negeri.

Hal ini pula yang memberikanku semangat bahwa tidak semua hanya dinilai dengan materi. Kekayaan adalah sementara sedangkan kebahagiaan memiliki nilai tidak terhingga. Hal ini juga tergantung bagaimana kita mengendalikan berkat. Ada hal yang jauh lebih penting daripada mencari berkat yaitu bagaimana mengendalikan berkat.

Itulah yang kualami disepanjang karirku yang tidak kusangka aku harus mengundurkan diri dari sebuah perusahaan swasta dan menolak beberapa tawaran bekerja disalah satu perusahaan swasta dengan gaji yang menggiurkan. Aku memutuskan untuk tetap konsisten mengabdi pada sebuah NGO atau Organisasi Non Profit untuk melaksanakan program-program yang lebih berpihak pada masyarakat.You need a Courage to leave a comfort zone.

Tentunya Tuhan akan memberikan berkat jika kita mampu mengendalikan berkat sehingga tidak lupa diri kan?....:)

Instropeksi dan pengendalian diri adalah kunci utama, begitu juga kepada anak-anak kita. Bagaimana mengajarkan anak-anak untuk tidak konsumtif (boros), rajin menabung atau menggunakan uang sesuai kebutuhan.

Kami selalu melakukan kegiatan diluar rumah bersama anak-anak yang sifatnya lebih ke outdoor/alam seperti hiking di kebun teh,  berenang, bermain bola dilapangan dll dan jarang sekali ke Mall atau makan di restaurant. Kalaupun ada makan malam di restaurant hanya sekedar mengetahui makanan-makanan khas atau menu baru di restaurant. Ini sangat bermanfaat karena anak-anak akan menyukai alam dan mencintai ciptaan Tuhan sehingga belajar bersyukur atas ciptaan Tuhan.

Intinya supaya berkat yang sudah Tuhan berikan kepada kita tidak mencelakakan kita.

Begitulah prinsipku dalam bekerja. Workaholic dengan Pekerja Keras itu berbeda. Seorang pekerja keras itu mempunyai tujuan dan sasaran tertentu dalam bekerja dan itu dilakukan dengan perhitungan (smart work). Biasanya pekerja keras tidak hanya menghitung usahanya dengan materi tetapi lebih ke bekerja dengan sukacita. Sedangkan workaholic adalah orang yang hidupnya tidak mau lepas dari pekerjaan, dia bekerja tanpa perhitungan dan mengejar materi yang sudah menjadi target hidupnya (gila kerja/kecanduan pekerjaan) dan tentunya akan mempengaruhi kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis karena tidak dapat membagi waktu.

Jadikan Tuhan sebagai sumber berkat kita yang bertanggungjawab atas segala kebutuhan kita dan jangan lupa kita pun harus bekerja.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar